Selasa, 18 Oktober 2016

Berwisata ke Desa Melikan, Cara Membuat Gerabah Dengan Teknik Puteran Miring


 
  
    Jika Anda sedang berwisata ke Klaten, tak melulu harus mengunjungi tempat yang memiliki pemandangan yang indah. Saat berwisata ke Klaten, Anda juga bisa mengunjungi tempat-tempat yang bisa menambah pengetahuan dan pengalaman, misalnya ke desa wisata, cagar budaya, museum atau sentra-sentra kerajinan.
Berbicara tentang sentra kerajinan, jika Jogja memiliki Desa Kasongan sebagai sentra kerajinan gerabah, maka di Klaten juga memiliki Desa Melikan sebagai saingannya. Ada yang unik di Desa Wisata Melikan, disini sangat terkenal sebagai sentra kerajinan gerabah yang dalam proses pembuatannya menggunakan teknik putaran miring.

  Walaupun secara administratif Desa Wisata Melikan berada dalam Kecamatan Wedi, namun gerabah yang dihasilkan sering disebut sebagai gerabah Bayat. Menurut masyarakat sekitar, adanya tradisi pembuatan gerabah di Bayat tidak terlepas dari peran Sunan Pandanaran atau yang sering juga disebut sebagai Sunan Tembayat atau Pangeran Mangkubumi, Beliau merupakan tokoh penyebar agama Islam di Kabupaten Klaten, khususnya di Bayat. Beliau merupakan putra dari Ki Ageng Pandan Arang, bupati pertama Semarang.

Teknik Putaran Miring dalam pembuatan gerabah dengan menggunakan roda putar datar sebenarnya banyak dijumpai di berbagai daerah, tetapi bila Anda berkunjung ke Bayat, Anda akan menemui hal yang sedikit berbeda dari biasanya. Roda putar yang mereka gunakan tidak datar (horisontal), melainkan dimiringkan beberapa derajat ke depan sehingga teknik pembuatannya disebut teknik putaran miring.

Lalu mengapa masyarakat Bayat menggunakan teknik putaran miring ini dalam membuat gerabah? Menurut keterangan dari Bapak Sumilih, Ketua Desa Wisata Melikan, teknik ini digunakan dikarenakan dahulu banyak pengrajin gerabah berasal dari kaum perempuan, dimana perempuan jaman dahulu masih memakai pakaian adat jawa yaitu dengan menggunakan kebaya dan kain jarik. Untuk menjaga kesopanan, para perempuan ini menggunakan teknik putaran miring yang mengharuskan mereka duduk miring. Dengan posisi miring seperti itu, mereka menjaga etika kesopanan dengan tidak membuka paha ketika bekerja. Ditambah lagi, secara ergonomis, teknik putaran miring memberikan kemudahan kaum perempuan yang memakai kain jarik panjang untuk bekerja karena mereka tidak harus menekuk kakinya.



Karena keunikannya itu menarik perhatian guru besar fakultas Seni Kyoto Seika University di Jepang untuk mempelajari gerabah Bayat. Professor tersebut bernama Chitaru Kawasaki datang ke Melikan pada tahun 1992 untuk meneliti tentang teknik putaran miring karena di sini merupakan satu-satunya daerah yang menggunakan teknik ini. Beliau juga mendirikan laboratorium gerabah didaerah tersebut dan beliau juga yang menggagas berdirinya SMK jurusan seni kerajinan pertama di Indonesia bersama yayasan Titian Foundation dan Qatar Foundation, yang pada 2009 lalu sudah diresmikan, yaitu SMK N 1 ROTA (Reach Out To Asia) Bayat.

Apabila Anda tertarik untuk datang dengan keluarga atau kelompok mengunjungi laboratorium gerabah, Anda diharapkan membayar Rp. 12.000, 00 per orang apabila jumlahnya dibawah 50 orang dan Rp. 10.000, 00 apabila jumlahnya diatas 50 orang. Dengan biaya tersebut, rombongan akan dibawa berkeliling desa melihat langsung pengrajin gerabah. Setelah berkeliling, mereka akan diajarkan cara membuat gerabah menggunakan teknik putaran datar disertai cara menghias gerabahnya. Mereka juga akan dipertunjukkan cara membuat gerabah dengan menggunakan teknik putaran miring. Selesai bersenang-senang membuat gerabah, mereka dapat membawa pulang hasil gerabah yang mereka buat dan juga mendapat tambahan suvenir sebuah celengan cantik untuk setiap pengunjung.




Lokasi:
Desa Wisata Melikan terletak di Desa melikan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah

Akses:
Untuk menuju Desa Wisata Melikan tidak sulit karena sudah tersedia marka penunjuk jalan yang cukup jelas. Jika Anda dari arah Jogja, beloklah menuju selatan setelah melewati Pabrik Gula Gondang Winagun. Daerah Bayat akan ditemui setelah sekitar 30 menit perjalanan dari Jalan Jogja-Solo. Maka nanti Anda akan menjumpai gerbang Desa Wisata Melikan di Kecamatan Wedi. Setelah melalui gerbang ini, suasana desa gerabah sangat terasa, karena disempanjang jalan berbagai kerajinan gerabah yang dipajang di toko-toko bisa Anda temui.

Sosialisali Dengan Perangkat Desa











Selasa, 07 Juni 2016

Pembuatan E-KTP

Cara Membuat E-KTP
Untuk perekaman Pas Photo Tanda Tangan, Sidik Jari dan Scan Retina Mata pembuatan
E-KTP diperlukan Syarat dan Proses Pembuatan e-KTP sebagai Berikut :
Syarat pengurusan :
1.   Berusia 17 tahun atau lebih atau telah kawin.
2.   Menunjukan surat pengantar dari Kepala Desa
3.   Mengisi formulir F.1.
4.   Foto Copy KK.
5.   Asli KTP Lama
Proses pembuatan E-KTP :
1.   Penduduk datang ketempat pelayanan dengan membawa surat panggilan dan    persyaratan di atas.
2.   Pemohon mengambil no antrian.
3.   Pemohon menunggu pemanggilan nomor antrian.
4.   Pemohon menuju ke loket yang telah ditentukan.
5.   Petugas melakukan verifikasi data penduduk dan database.
6.   Petugas mengambil foto pemohon secara langsung.
7.   Pemohon membubuhkan tandatangan pada alat perekam tandatangan.
8.   Petugas merekaman sidik jari dan scan retina mata.
9.   Petugas membubuhkan tandatangan dan stempel pada surat panggilan yang sekaligus sebagai bukti bahwa penduduk telah melakukan perekaman foto,tanda tangan dan sidik jari.
10.  Pemohon dipersilahkan pulang untuk menunggu hasil.

Catatan :
Tidak boleh diwakilkan.

Jika nomor antrian telah dipanggil tetapi yang bersangkutan tidak ditempat, maka akan dipanggil pada akhir nomor antrian sesuai dengan urutan nomor antrian atau mengganti nomor antri baru dengan menyerahkan nomor yang lama.

Untuk Pembuatan KTP Baru.
Syarat pembuatan ktp baru:
·  Sudah berusia 17 tahun.
·  Surat pengantar dari RT, RW.
·  Kartu keluarga atau akta kelahiran.
·  Untuk warga luar negeri syaratnya adalah membawa surat tanda pindah penduduk dari disdukcil.
Tata Cara Pembuatan KTP baru:
·  Untuk KTP biasa sediakan foto ukuran 2x3 sejumlah 4 lembar.
·  Membawa surat pengantar dari RT atau RW sampai ke kelurahan.


·  Membawa surat pembuatan KTP sampai kecamatan.

Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Desa Melikan Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten



Jumat, 27 Maret 2015

Sejarah Desa melikan

A.     SEJARAH DESA
Berdasarkan penuturan para pini sepuh yang sekarang masih hidup mengatakan bahwa nama Desa Melikan berdasarkan sebagai berikut:
Melikan berdiri menjadi pemerintahan desa sejak tahun 1846. Kepala desa yang tercatat dan menjabat di Desa Melikan sebagai berikut:
1.    Demang                  : R.Ng. Wongso Iguno         Tahun 1846 s/d 1887
2.    Lurah Desa             : Ki.Bekel Karto Dreyo        Tahun 1887 s/d 1916
3.    Lurah Desa             : Ki.Bekel Kromo Dimejo    Tahun 1916 s/d 1921
4.    Lurah Desa             : R. Marto Semito                Tahun 1921 s/d 1953
5.    Lurah Desa             : R. Hardo Supomo              Tahun 1953 s/d 1981
6.    Plt Lurah Desa        : Kismo Wirejo                    Tahun 1977 s/d 1985
7.    Kepala Desa I         : Triyoto                               Tahun 1985 s/d 1993
8.    Kepala Desa II       : Nurdi Agus Sutanto            Tahun 1993 s/d2007
9.    Kepala Desa III      : H. Bambang Susilo             Tahun 2007 s/d 2013
10.  Kepala Desa IV    : Eko Purwadi                      Tahun 2013 s/d Sekarang
Nama Desa Melikan konon menurut cerita para sesepuh desa berasal atau bermula dari Kedatangan SUNAN PANDHANARAN pada abad 14 masehi di Bayat, kedatangan Beliau di Dukuh Bayat, Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten untuk memenuhi janji pada SUNAN KALIJAGA sebagai murid yang setia kepada sang gurunya untuk mencarinya, di Dukuh Bayat desa Melikan Kecamatan Wedi kabupaten Klaten, sesampainya beliau SUNAN PANDHANARAN di Dukuh Bayat Desa Melikan Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten, beliau hanya menemukan Masjid Kecil dan sebuah Gentong /Padasan ( tempat air untuk orang Berwudlu dengan nama GENTHONG SINAGA, dan sampai sekarang masih tersimpan dan dipergunakan untuk tempat air di makam SUNAN PANDHANARAN di bukit Cokro Kembang ), jadi kebaradaan perajin keramik PUTARAN MIRING yang tersohor sampai kepenjuru dunia dan satu satunya di dunia dengan tekhnik PUTARAN MIRING nya yang berada di Dukuh Pagerjurang, Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten sudah ada dan berkembang jauh sebelum SUNAN PANDHANARAN datang ke Bayat, karena pada waktu itu SUNAN KALIJAGA baru pergi menyabarkan Agama Islam di luar daerah bayat jadi belum bisa beremu dengan sang Guru, , di Dukuh Bayat Beliau Sunan Pandhanaran  menetap dan bertempat tinggal untuk menyebarkan Agama Islam di daerah Bayat dan sekitarnya, dan pada waktu beliau naik ke bukit Jabalkat pada malam hari bersama Nyai Ageng Kaliwungu, R. Paker yang sesudah dewasa tersohor dengan nama PANEMBAHAN ING DJIWO dan Dua orang abdi setiyanya Syeh Domba dan Syeh Kewel, dari atas bukit Jabalkat terlihat di sebelah selatan  sebuah cahaya lampu dimar / lampu minyak / Melikan ( Nama lain dari lampu minyak )  yang kalau di pandang kelihatan berkedap – kedip tidak begitu terang cahayanya ( Melik – Melik ) dalam bahasa jawa, dari kata Melik – Melik cahaya dimar / lampu minyak / Melikan ( Nama lain dari lampu minyak )     tersebut berada maka daerah tersebut sampai sekarang dikenal dengan nama MELIKAN, pada waktu itu penduduknya juga baru satu keluarga / satu rumah dan sekarang penduduknya sudah begitu padat, dan nama MELIKAN dari masa (Jaman Kerajaan) sampai sekarang dipakai sebagai nama : Kademangan Melikan, Kelurahan Melikan dan DESA MELIKAN orang yang meminpin MELIKAN pertama kali adalah seorang Demang yang bernama R.Ng. WONGSO IGUNO yang juga disebut dengan nama Bantheng Telangkas / Bantheng Reges / Telur Pulau Jawa yaitu nama yang sampai sekarang masih menjadi misteri dan belum terungkap dan siapa sebenarnya serta darimana beliau berasal belum diketahui.  ( yang dimakamkan di bukit GEDADSARI ) wilayahnya sekarang masuk wilayah Desa Paseban Kecamatan Bayat, Dan Dukuh Bayat Desa melikan Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten, menjadi jikal bakal atau nama Kecamatan Bayat kabupaten Klaten, yang semula kantor Kecamatan Bayat berada di sebelah barat kantor Desa Melikan, dan kantor Desa Melikan sendiri dahulu adalah tempat / keberadaanya Pasar Bayat, pindahnya Kecamatan dan Pasar Bayat sekitar Tahun 1948 hanya membawa nama Bayat saja, sedangkan wilayahnya tidak dibawa pindah, nama Bayat atau Dukuh Bayat  sampai sekarang masuk di Desa Melikan Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah.

Demikian sekelumit sejarah Desa Melikan semoga bermanfaat bagi kita semua dan untuk selalu mengingat perjalanan sejarah bangsanya sendiri khususnya sejarah Desa Melikan.